Rabu, 28 Desember 2022

Tak masuk akal

Angin siang dan sore ini dingin
Dingin yang sampai mau membuatku menangis
Menangisi semua hal yang datang berbaris-baris
Barisan yang terasa tak berhenti meski tak ingin

Keinginan ku pun yang terkadang tak masuk akal
Akal tentang ilusi yang semakin meningkat
Meningkatnya pun tak main-main semakin terlihat
Terlihat dari caraku menulis ini hal

Rabu, 14 Desember 2022

Alasan

Hari ini ingin katakan hal
Entahlah nantinya dianggap ego
Untuk menghindari anggap saja sebuah bual
Atau jika memang ingin kasar deskripsikan ke bego

Jika memang ada berikut untuk indahnya
Biar pendengaran ini memiliki kata
Bahwa kekurangan, buruk laku, cetus kata
Bisa menjadi alasan kembali jatuh cinta

Bolehkah di selintas netramu itu
Pikir konyol ini bukanlah seutas semu
Dan juga bukan maksud untuk menjebak
Sebab inilah yang ingin keluar merebak






Jumat, 09 Desember 2022

Bebal

Menyelam terlalu dalam
Hingga lupa pentingnya oksigen tuk bernapas
Sejalur itu pada sebuah nama yang tersulam
Hakikat harap diawal pun diakhir terhempas

Meninggi pada haluan rebakan maya
Bukankah telah tertebak seberapa daya?
Yang terang diredupkan runtuh nyata
Meskipun begitu tak terelak rindu mata

Ucapan lalu tetap menggoda khayal
Untuk suara berat milik sosok
Untuk kemarin yang susah terganti esok
Bisakah kegigihan ini bentuk kata bebal?









Senin, 05 Desember 2022

Berkenan

Di dini ini terdengar mesin motor berderu
Entah karena sepi hingga suaranya terdengar lantang
Seperti suara alam perlahan berseri menyeru
Di pergantian hari ini cerita baru akan datang


Begitu juga dengan segala laluku
Sekeras mau itu ingin ternyatakan
Hasilnya selalu kembali ke hilir tunggu
Lelah pun seringkali terciptakan


Di dini bisu ini tetiba terpikir arah
Bahwasanya sudah lama diri tak berserah
Bukankah jelas delusi telah dibiarkan menjarah?
Bukankah harusnya yang dilakukan adalah menyerah?


Ruang yang diintari juga telah kentara maya
Penerimaan untuk hal itu pun juga memang begitu susah payah
Tuli di hadir isyarat-isyarat kelam alam yang sesekali menodong
Sebab memang tak mungkin berharap pada kosong


Jadi biarlah tersimpan semua semburat luka dan suka itu
Selalu tak terprediksi, mendadak itulah kejutan
Luas harapan kejutan itu adalah kamu
Jika memang Tuhan berkenan segala itu akan hadir bukan?

Jumat, 25 November 2022

Menahan

Cerita tentang pengalaman warna rasa itu
Akankah ada kelanjutan tergaris?
Semua alur awal raga terpercik detak
Tapi kenapa selalu berhenti mendadak?


Pikir berpikir bila sendiri kelak
Suara redam tangis bisa terkuak
Di ngilu gempita terduduk lah 'ku
Mengapa masih harus tertahan isak itu??


Kenapa untuk bebas dalam sepi pun tak mampu
Setiap puas yang ingin keluar harus terhambat
Semua campur aduk menjadi diam membisu
Untuk apa ada 'ku berada menjadi terbuat?







Rabu, 21 September 2022

Muak


Seakan muak hingga siap untuk berhenti

Terus dan terus berusaha

Berharap patah ini bisa diperbaiki

Ternyata segala bak permainan teka teki 



Kerinduan teramat

Kehilangan tersemat

Mencoba menggapai rasa

Sela jeda berakhir nelangsa


Seluruh iring-iring waktu seakan...


Rabu, 14 September 2022

Sabar

Bilaku tersesat adakah bisa kembali pulang?
Senja-senja kini berlalu tertabuh riuh
Kata kepergian pada tempat berlabuh
Tertelan lenyap pelipur tak berbayang

Untuk serumpun surai hitam yang tersentuh
Tak lagi seolah teringat sang perasa
Namun telah menjadi pasti pelan mengasa
Inikah rindunya merindu aksara?

Langkah tatih mencari kidung sedia
Ruang usang itu telah telanjang tak bertempat
Melompong memantul-mantul sajak ke sekelebat
Nyatanya pantulan itu mengarah ke ilusi euforia

Meski sabar berayun tak akan ada kata kita kan?
Kutunggu jawabmu nanti di suatu petang 
Kala yang sendiriku tak tertebak akan datang
Selidiki nyata yang mulai menyemukan


Selasa, 30 Agustus 2022

Asmara

Untuk makhluk berakal yang jatuh pada asmara
Berenanglah sekuat tenaga bila perlu
Ikut alur aruslah bila butuh
Sebab nalarmu tak lagi bersaut arah

Ketika pijarnya menerpanakan gerak netra
Seluruh lusuh yang terpampang nyata taklah menyurutkan
Pandangmu tetap pada gurat indah terjelma
Lalu jadikanmu dungu meninggikan jiwa gelora

Budaya tilik yang tiba-tiba selalu kau ingin ada
Ketiadaan rupa meramu kilatan mendung wajah
Retas detak longitudinal beranjak naik
Tatkala batari batara itu meliuk muncul apik

















Pulih

Ilalang yang bisa saja berteman nyiur
Pijar menguning raya merebak alur
Bawa dekap resah mendampingi suar
Cari jiwa selaras makna yang mulai menguar

Ambigu-ambigu saling merekat di sela senyuman
Sua di kata tak lagi di dapat mengayam
Bilur membeku berubah bulir-bulir
Syahdu di sajak ratap memori terantar terulir

Menuju kesia-siaan rangkakkan
Ramah berbunga teriakan
Tengadah sengsara asa
Diam jadi kunci pulih nuansa









Pelita

Pijakan ini meranah lapisan kabut
Upaya-upaya sepuh mengait untuk maju
Pijar mimpi yang mendorong laju
Adakah semua baik bersambut?

Ratap angkasa berpasir gemintang
Seduhan rasa terukir membentang
Aku bertemu asa diakhir hari
Haruskah syukur menyangga denyut arteri?

Di ribuan temaram yang melalu
Entah mengapa uraian gelap ini sarat
Tangis tawa timbul lenyap seharmoni berelu
Ataukah sebab termuncul akhirat?

Pilar nanar berteman penat
Ilalang membisik-bisik berayun syahdu di gulita
Pikat kubu-kubu menyusur para peminat
Akahkah bertemu secercah pelita?












Pada binasa

Bolehkah kembali menyelam ke masa yang kurasa hampir mirip dengan kini?
Mengapa hampir mirip? karena hanya berbeda pada ruang diri
Memang sedikit berbeda juga dalam kaji lini
Yaa, rasa rindu tak bisa memungkiri

Meski segala-galanya tak harus dalam wadah citra tawa
Di dalamnya ada ragam pacu sendu, ruak amarah, racun benci hingga dungu diam
Tau apa yang membuat buncahan lara ini menggeliat berdentam?
Karena sosok kuasa dunia ku tak lagi terlihat pada rupa

Untuk mereka yang menjadi awal pokok jantungku berdegup
Pencipta di bumi yang menginginkanku dari bina kilau rasa 
Mereka yang tak lagi di kesepuluh jemari tersentuh dekap hidup
Benar memang jika makhluk semesta bumi akan berakhir pada binasa















Senin, 13 Juni 2022

digenggam 🔁 menggenggam


ingatkah?!


rasanya sekarang seperti samar

seperti bayang tanganku

seberapa kuat mengenali pun tak mampu

hanya berdenyut memahat memar


terlihatkah??

Memori

Aku mendengar alunan tentang keindahan
Tapi mengapa aku meneteskan air mata
Aku juga mendengar lirik syukur pertemuan
Tapi mengapa membuatku terisak-isak kata

Secara tak sadar membawaku mengingat
Ada satu senja yang kuinginkan datang cepat
Tapi saat ini aku begitu tersiksa pada lalu
Padahal sore ini begitu cerah, aku malah merasa dibalur sembilu

Iya...

Iya aku mengerti
Jika memang hanya untuk mengenali
Namun mengapa pada manis sisi
Mengungkung ku termabuk jauh ilusi

Harusnya tunjukkan pijaran ku tuk mendendam
Bukan seperti ini aku merasa meredam
Segala tentang indah yang tak tergenggam
Begitu lama hingga aku tenggelam

Berada pada dasar di paling dasar
Tak berdaya menjangkit ke permukaan
Sembilu ku menyeruak mengakar
Betapa bodohnya empati kemanusiaan

Tapi aku masih belum jelas kapan
Untuk merangkak bangun
Entah harus menyiksa cepat baik perlahan
Yang ku coba adalah iya aku mengerti







Sabtu, 11 Juni 2022

Ma ... Yah...

Ma.... aku ingin melangkah jauh keluar
Bolehkah?
Yah... aku ingin berpetualang merimba liar
Bisakah?

Aku benar-benar merasa mampu kini
Coba siratkan padaku
Bagaimana restumu mengelilingi
Karena suara, raga tak lagi terjangkau

Entah itu hadir di isyarat alam
Agar aku tak merasa dirantai kelam
Aku merindui pijar pendaran mentari tenggelam
Tapi aku diantara benci, senang menyambut malam

Aku benci gelap dan dinginnya sunyi
Namun aku senang pada gesekan daun, jangkrik berbunyi
Seakan aku benar-benar masih hidup
Dan bangga masih bertahan menghirup

Jadi...
Saratkanlah ma...
Desirkanlah yah...

Pendengar

Suara segugukan yang kudengar

Tak ingin ku ketahui apa sebabnya

Itulah alasan mengapa aku tak berjalan mampir

Karena kadang orang yang menangis hanya ingin didengar

Bukan untuk dihibur dengan wejangan manis

Duduk berjauhan pun dalam ruangan berbeda di satu bangunan

Telah termasuk mendampingi

Aku biarkan sekat itu terjadi ada

Hingga perlahan tangismu reda

Lalu kubiarkan kau tertidur lelap

Sebab lelah mu telah meluap

Bersama bulir yang jatuh dari mata

Aku... temanmu selama nya

Kuharap kita tak berubah menjadi musuh

Sekalipun rasa marah tiba-tiba merusuh

Tangis

Saat bertemu nanti 

Mari jangan tertawa

Aku ingin kita menangis

Aku ingin tau seperti apa suara tangis

Ingin tau seberapa sendu dayu nya

Seberapa kita telah berusaha

Menjalani kehidupan masing-masing

Entah menjadi penonton atau pendamping

Entah itu menjadi pemeran utama

Aku hanya benar-benar ingin tau

Betapa pun kuatnya kita di langkah laju

Suara tangis itu yang ingin kudengarkan

Bukan untuk melihat keterpurukan

Tapi untuk memahami arti seberapa kuatnya kita

Melalui perjalanan menghirup udara





Jumat, 04 Maret 2022

Butuh, cinta

Sesosok yang kau butuhkan kadang bukanlah sesosok yang kau cintai
Namun kala seseorang yang kau cintai bisa jelas menjadi seseorang yang kau butuhkan

Tulus

 Jika ketulusan diberi

Tak ada meminta kembali

Tak perlu berakhir dimiliki

Biar hanya bahagia mengelilingi

Jumat, 18 Februari 2022

Tanya

Sudah terlalu sering mengkaji

Di sebuah kata akan menjadi

Bukankah sedari awal pemenang?

Kenapa tercantum cap pecundang?


Kenapa seulas kehangatan?

Lambat lalu berbulir menyakitkan

Bisakah kau alam katakan?

Sebab apa rona-rona berdatangan?