Selasa, 30 Agustus 2022

Asmara

Untuk makhluk berakal yang jatuh pada asmara
Berenanglah sekuat tenaga bila perlu
Ikut alur aruslah bila butuh
Sebab nalarmu tak lagi bersaut arah

Ketika pijarnya menerpanakan gerak netra
Seluruh lusuh yang terpampang nyata taklah menyurutkan
Pandangmu tetap pada gurat indah terjelma
Lalu jadikanmu dungu meninggikan jiwa gelora

Budaya tilik yang tiba-tiba selalu kau ingin ada
Ketiadaan rupa meramu kilatan mendung wajah
Retas detak longitudinal beranjak naik
Tatkala batari batara itu meliuk muncul apik

















Pulih

Ilalang yang bisa saja berteman nyiur
Pijar menguning raya merebak alur
Bawa dekap resah mendampingi suar
Cari jiwa selaras makna yang mulai menguar

Ambigu-ambigu saling merekat di sela senyuman
Sua di kata tak lagi di dapat mengayam
Bilur membeku berubah bulir-bulir
Syahdu di sajak ratap memori terantar terulir

Menuju kesia-siaan rangkakkan
Ramah berbunga teriakan
Tengadah sengsara asa
Diam jadi kunci pulih nuansa









Pelita

Pijakan ini meranah lapisan kabut
Upaya-upaya sepuh mengait untuk maju
Pijar mimpi yang mendorong laju
Adakah semua baik bersambut?

Ratap angkasa berpasir gemintang
Seduhan rasa terukir membentang
Aku bertemu asa diakhir hari
Haruskah syukur menyangga denyut arteri?

Di ribuan temaram yang melalu
Entah mengapa uraian gelap ini sarat
Tangis tawa timbul lenyap seharmoni berelu
Ataukah sebab termuncul akhirat?

Pilar nanar berteman penat
Ilalang membisik-bisik berayun syahdu di gulita
Pikat kubu-kubu menyusur para peminat
Akahkah bertemu secercah pelita?












Pada binasa

Bolehkah kembali menyelam ke masa yang kurasa hampir mirip dengan kini?
Mengapa hampir mirip? karena hanya berbeda pada ruang diri
Memang sedikit berbeda juga dalam kaji lini
Yaa, rasa rindu tak bisa memungkiri

Meski segala-galanya tak harus dalam wadah citra tawa
Di dalamnya ada ragam pacu sendu, ruak amarah, racun benci hingga dungu diam
Tau apa yang membuat buncahan lara ini menggeliat berdentam?
Karena sosok kuasa dunia ku tak lagi terlihat pada rupa

Untuk mereka yang menjadi awal pokok jantungku berdegup
Pencipta di bumi yang menginginkanku dari bina kilau rasa 
Mereka yang tak lagi di kesepuluh jemari tersentuh dekap hidup
Benar memang jika makhluk semesta bumi akan berakhir pada binasa