kenapa kau paksa aku untuk mengibaratkan diriku sendiri seperti sampah
padahal seharusnya aku tak pantas untuk hal itu
buat apa semu untaian manis itu kau tuliskan dulu
jika pada akhirnya kau buang aku seperti jerami dalam perapian
ya sebab memang kau terlalu jauh tangan meraihmu
ya sebab memang kau terlalu jauh untuk kurengkuh
ingatan untuk satu dekap itu mungkin tak kau ingat
darahku berdesir nyeri jika mengingatmu kini
sepanjang kau biarkan aku sendiri
aku menerka dalam kebisuan malam
merongrong
meraung
melepas yang mengikat pernapasanku
aku merasa sesak tak berdaya
menatap ilalang melambai menertawakan sakitku
mengapa semua terasa merobek sukmaku
aku terkapar di tanah yang beraroma sembilu
hujan, gemuruh, petir bersautan
seolah mengoyak langit abu
tapi tetap saja kau seperti angin
tak mau diam beranjak setiap detik
aku yang kini hanya berteman nyanyian jangkrik
diam - diam ikut bernyanyi dalam ringkih
dan perlahan aku juga berdoa pada ketiadaanmu
untuk tidak merasa apa yang menyelimutiku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar