Kupikir dengan menutup mata
Aku tak perlu menulikan telinga
Tapi mengapa selalu ada kata
Betapa tidak kuiginkan selalu ada
Begitu lelah dan tak punya tempat tuju
Sudah banyak yang aku buka
Betapa aku mencinta jingga
Betapa aku memuja rona merah disekitarnya
Tapi memang ujung yang ku imajinasikan
Belum bisa tersampaikan
Mungkin karena memang seperti itulah
Dimana harapan yang kau pikir ada, sebenarnya seutas ilusi
Kakiku tak bisa menghilangkan kelu yang selalu ada
Yang sebelumnya belum sepenuhnya hilang
Bukannya berkurang malah semakin bertambah
Entah untuk apa semua sibuk kembali lalu lalang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar