Senin, 22 Juli 2019

dua

Hujan, gemuruh, petir yang bersautan
seolah merobek langit malam
jatuh terperosok ke dasar kelam
aku...

Angin beranjak kemana ia mau
tak mau diam, sesukanya
tak sadar menyentuh yang dilewati
kau...






Jumat, 19 Juli 2019

Berhenti

Berhentilah membuatku terluka
Aku tak pernah meminta
Untuk pertemuan kita
Kau yang datang dengan tangan terbuka

Kenapa kini kau yang menepis
Aku seakan menjadi sesuatu yang najis
Jika sekarang aku tak lagi kau gubris
Entah buat apa guna aku kini menangis

Jumat, 12 Juli 2019

tidak merasa

kenapa kau paksa aku untuk mengibaratkan diriku sendiri seperti sampah
padahal seharusnya aku tak pantas untuk hal itu
buat apa semu untaian manis itu kau tuliskan dulu
jika pada akhirnya kau buang aku seperti jerami dalam perapian

ya sebab memang kau terlalu jauh tangan meraihmu
ya sebab memang kau terlalu jauh untuk kurengkuh
ingatan untuk satu dekap itu mungkin tak kau ingat
darahku berdesir nyeri jika mengingatmu kini

sepanjang kau biarkan aku sendiri
aku menerka dalam kebisuan malam
merongrong
meraung
melepas yang mengikat pernapasanku

aku merasa sesak tak berdaya
menatap ilalang melambai menertawakan sakitku
mengapa semua terasa merobek sukmaku
aku terkapar di tanah yang beraroma sembilu

hujan, gemuruh, petir bersautan
seolah mengoyak langit abu
tapi tetap saja kau seperti angin
tak mau diam beranjak setiap detik

aku yang kini hanya berteman nyanyian jangkrik
diam - diam ikut bernyanyi dalam ringkih
dan perlahan aku juga berdoa pada ketiadaanmu
untuk tidak merasa apa yang menyelimutiku

tanpa arah

Iya aku tau bedanya jauh
Dekat dalam dimensi tapi tak tersentuh
Untukku yang selalu diselimuti musim gugur
Biarkan aku memandangmu pada jarak kabur

Bukankah positif tak akan berdamping dengan negatif
Daun layu akan turun jatuh ke tanah tapi tidak dengan pohon
Dimana dedaunan itu akan menyatu dengan tanah
dan menjadi sumber baru bagi pohon

Tapi bukan daun layu yang tepat jatuh di samping pohon
Aku adalah dau mengering yang terhempas angin
Ke tanah antah berantah
Tanpa mengerti akan terletak dimana, tanpa arah



kau sendiri tak tau

Kau tau hal buruk yang kau anggap benar
Mungkin karena alasan yang kau anggap kuat
Pikirkanlah kembali sebab akibat
Bagaimanapun dengan mau atau tidak appapun itu akan musah terbakar
Oleh ke penyesalan, daya pikir baru
Oleh semua hal yang mungkin kau sendiri tak tau

Kamis, 11 Juli 2019

Kupikir

Kupikir dengan menutup mata
Aku tak perlu menulikan telinga
Tapi mengapa selalu ada kata
Betapa tidak kuiginkan selalu ada

Begitu lelah dan tak punya tempat tuju
Sudah banyak yang aku buka
Betapa aku mencinta jingga
Betapa aku memuja rona merah disekitarnya

Tapi memang ujung yang ku imajinasikan
Belum bisa tersampaikan
Mungkin karena memang seperti itulah
Dimana harapan yang kau pikir ada, sebenarnya seutas ilusi

Kakiku tak bisa menghilangkan kelu yang selalu ada
Yang sebelumnya belum sepenuhnya hilang
Bukannya berkurang malah semakin bertambah
Entah untuk apa semua sibuk kembali lalu lalang

Kamis, 04 Juli 2019

Titik

Hingga kini aku tak bisa meretas kata- kata di pikiranku
Pada kelompok mana ku posisikan yang teralami
Mengapa terlalu melebur bersamaan dengan hal lainnya
Entah pada saat kapan kutemukan titiknya



cahayamu

Maaf tidak bisa menjadi lenteramu
Karena untuk itu aku harus membakar diriku sendiri
Dan aku belum siap untuk semua itu

Kerasnya jalan mungkin tak akan sama

Tapi meskipun begitu pasti tawa akan berlari kearahmu
Karena kau adalah pengibaratan matahari
Yang mampu menghangatkan dirimu sendiri
Termasuk untuk mampu mencari tabir cahayamu