Hari ini terlalu banyak cerita
Ada sisi banyak adegan tercipta
Ada beberapa kisah
Ada sebuah risalah
Di beberapa ada yang mengejutkan
Di sebuah ada asa cemburu
Seakan semua ingin berdampingan
Berwarna kelabu berkait biru
Hari ini aku begitu letih
Tak cukup satu tapi berjumlah lebih
Hujan di hatiku turun dengan deras
Tak terbendung dalam waras
Semua yang ada tertulis disini adalah tulisan. Tulisan yang tertulis ini muncul karena ada beberapa pikiran dan kejadian yang harus disamarkan oleh bias kata agar tak ada yang merasa dijadikan objek tulisan. Meski kebanyakan objek itu hanya segumpal pikiran semata. Hoho...Sebenernya alasan utama itu karena susah tidur
Rabu, 24 Januari 2018
Selasa, 23 Januari 2018
Memahami
Lupakan saja
Akan lebih dalam nanti
Apalagi jika hadir sesumbar tawa
Semua yang tak logika adalah canda
Tak mengapa
Diawal semua terasa hampa
Karena menyimpan terlalu lama
Menguap karena tak sama
Biarkan tangis sebagai simponi
Biarkan hujan mengisi relung rohani
Dan nanti, jika ada keajaiban mengilhami
Apapun itu, berdoa sajalah agar damai memahami
Tanpa cerita panjang
Aku cemburu untuk sebuah nama
Aku benci untuk keinginan bersama
Sebab aku sudah menunggu terlalu lama
Hingga aku berpikir jika semuanya sebuah gema
Tanpa cerita panjang
Tanpa ada kelanjutan terpajang
Hanya diam berputar-putar gamang
Ini sangat sulit meski terlihat gampang
Aku benci untuk keinginan bersama
Sebab aku sudah menunggu terlalu lama
Hingga aku berpikir jika semuanya sebuah gema
Tanpa cerita panjang
Tanpa ada kelanjutan terpajang
Hanya diam berputar-putar gamang
Ini sangat sulit meski terlihat gampang
Tak lagi
Hangatnya tak sama
Rindunya tak lagi lama
Senyumnya tak ramah
Pelukan kata-katanya tak menjamah
Tak ada terselip irama
Terlalu netral hingga nol aroma
Malam pertengahan dini terlalu biru terbias
Ritme sang jangkrik menyuarakan luka-luka menghias
Rindunya tak lagi lama
Senyumnya tak ramah
Pelukan kata-katanya tak menjamah
Tak ada terselip irama
Terlalu netral hingga nol aroma
Malam pertengahan dini terlalu biru terbias
Ritme sang jangkrik menyuarakan luka-luka menghias
Minggu, 21 Januari 2018
bukan sederet ilusi
Diruangan dingin
Bagai ruang labirin
Suara nafas memantul berangin
Tak ada jalan keluar untuk sebuah ingin
Semua terasa sunyi
Yang tersentuh lari bersembunyi
Tanpa jejak tanpa bunyi
Tak ada lagi melodi bernyanyi
Biarkan aku keluar dari tempat ini
Tak bisakah aku bebas melangkah ke tempat tinggi
Aku tak mau terjebak imaji
Aku mau nyata bukan sederet ilusi
Bagai ruang labirin
Suara nafas memantul berangin
Tak ada jalan keluar untuk sebuah ingin
Semua terasa sunyi
Yang tersentuh lari bersembunyi
Tanpa jejak tanpa bunyi
Tak ada lagi melodi bernyanyi
Biarkan aku keluar dari tempat ini
Tak bisakah aku bebas melangkah ke tempat tinggi
Aku tak mau terjebak imaji
Aku mau nyata bukan sederet ilusi
Rabu, 17 Januari 2018
merutuki diri tiada henti
Kalau kau terluka karena ketidaksengajaan, maka maafkanlah
Tak semua kata terucap dapat sesuai dengan keinginanmu
Aku bukan dukun yang bisa membaca pikiranmu
Jangan kau balas agar aku juga merasakan sakit yang kau rasa
Jika memang begitu sampai kapan kau akan puas menyakiti yang tak sengaja terbentur kata denganmu?
Berapa lama biar rasa sakitmu itu terpuaskan?
Kau tau?
Hari esok yang akan ada nanti
Apabila kau sadar mengapa bisa menjadi manusia paling brengsek
Jangan sampai kau merutuki diri tiada henti
Tak semua kata terucap dapat sesuai dengan keinginanmu
Aku bukan dukun yang bisa membaca pikiranmu
Jangan kau balas agar aku juga merasakan sakit yang kau rasa
Jika memang begitu sampai kapan kau akan puas menyakiti yang tak sengaja terbentur kata denganmu?
Berapa lama biar rasa sakitmu itu terpuaskan?
Kau tau?
Hari esok yang akan ada nanti
Apabila kau sadar mengapa bisa menjadi manusia paling brengsek
Jangan sampai kau merutuki diri tiada henti
Rabu, 10 Januari 2018
Angin, rintik hujan
Angin tak perlu kau sampaikan pada hujan bahwa aku menunggunya reda
Karena rintiknya mampu memecah keheningan yang terpapar memerah
Angin jangan sampaikan juga pada hujan bahwa aku juga merindu jalanan kering
Karena jalanan basah yang disebabkan rintiknya menggelitik kaki bermain tanah
Angin katakanlah pada hujan bahwa setiap rintik yang turun aku berada pada dua sisi
Dimana ada dusta kuselipkan dalam tawa, ada tangis kusisipkan pada senyum dan ada rindu untuk dia yang telah pergi
Karena rintiknya mampu memecah keheningan yang terpapar memerah
Angin jangan sampaikan juga pada hujan bahwa aku juga merindu jalanan kering
Karena jalanan basah yang disebabkan rintiknya menggelitik kaki bermain tanah
Angin katakanlah pada hujan bahwa setiap rintik yang turun aku berada pada dua sisi
Dimana ada dusta kuselipkan dalam tawa, ada tangis kusisipkan pada senyum dan ada rindu untuk dia yang telah pergi
Selasa, 09 Januari 2018
Segalanya, semuanya
Aku tak tau mengapa
Seringnya aku merasa kalah
Ataupun harus mengalah
Pada jalan yang kuarah
Selalu ada saat hambar rasa
Lenyap saat aku dijatuhi cinta
Aku mau bertanya
Tentang hal yang mengaungi kepala
Kenapa kini kau tiada?
Apa semua memang pura-pura
Benarkah ini pemainan belaka?
Untuk hadirkan tawa bahagia
Kenapa kau begitu pintar berkata?
Katakan ini adalah salah
Katakan kau juga merasa
Katakan kau memang adalah nyata
Tapi yaa sudah lah
Aku mencoba tak apa-apa
Untuk segalanya
Untuk semuanya
Seringnya aku merasa kalah
Ataupun harus mengalah
Pada jalan yang kuarah
Selalu ada saat hambar rasa
Lenyap saat aku dijatuhi cinta
Aku mau bertanya
Tentang hal yang mengaungi kepala
Kenapa kini kau tiada?
Apa semua memang pura-pura
Benarkah ini pemainan belaka?
Untuk hadirkan tawa bahagia
Kenapa kau begitu pintar berkata?
Katakan ini adalah salah
Katakan kau juga merasa
Katakan kau memang adalah nyata
Tapi yaa sudah lah
Aku mencoba tak apa-apa
Untuk segalanya
Untuk semuanya
Kata hati
Sepertinya benar jika kata hati ada 2 versi
Yang baik mengatakan aku terlalu egois dan ingin semua berhasil sesuai yang kuingini
Yang lain sisi berbisik mesra bahwa itu bukanlah egois tapi hal wajar terjadi
Ditambahkannya lagi dengan kata-kata logika bahwa itulah siluet manusiawi
Bertaut pada sisi mana aku kini
Dua kata dalam satu nurani membuatku tambah frustasi
Aku ingin hening hadir karena hening bagiku adalah teman sejati
Aku juga mau damai datang, kenapa sekarang ia seperti pergi
Akankah damai datang bersamamu saat kembali?
Hingga cuma ada satu tujuan yakni kamu sesuai kata hati
Yang baik mengatakan aku terlalu egois dan ingin semua berhasil sesuai yang kuingini
Yang lain sisi berbisik mesra bahwa itu bukanlah egois tapi hal wajar terjadi
Ditambahkannya lagi dengan kata-kata logika bahwa itulah siluet manusiawi
Bertaut pada sisi mana aku kini
Dua kata dalam satu nurani membuatku tambah frustasi
Aku ingin hening hadir karena hening bagiku adalah teman sejati
Aku juga mau damai datang, kenapa sekarang ia seperti pergi
Akankah damai datang bersamamu saat kembali?
Hingga cuma ada satu tujuan yakni kamu sesuai kata hati
Senin, 08 Januari 2018
Di lain rasa
Hujan itu seperti sebuah kisah
Dalam derai-deraian yang turun hujan mampu bercerita
Ada yang sedih ada juga bahagia serta ceria
Tapi hari ini aku dirundung gelisah
Karena hujan kali ini seperti habis tanpa tersisa
Seperti apa yang terjadi pada kita
Aku dan kamu seakan-akan terpaksa dan dipaksa
Baiklah biarkan aku yang mengalah
Sampai bertemu kembali di lain rasa
Dalam derai-deraian yang turun hujan mampu bercerita
Ada yang sedih ada juga bahagia serta ceria
Tapi hari ini aku dirundung gelisah
Karena hujan kali ini seperti habis tanpa tersisa
Seperti apa yang terjadi pada kita
Aku dan kamu seakan-akan terpaksa dan dipaksa
Baiklah biarkan aku yang mengalah
Sampai bertemu kembali di lain rasa
Jumat, 05 Januari 2018
Luka
Berhenti!
Tetaplah berdiri ditempat dimana seharusnya kau berada
Terlalu kentara batas yang ada
Aku tetap saja begini, selalu menjadi pemimpi
Jangan biarkan semua terciprat benci
Tidak apa-apa kuanggap saja salah satu ilusi
Tetaplah berdiri ditempat dimana seharusnya kau berada
Terlalu kentara batas yang ada
Aku tetap saja begini, selalu menjadi pemimpi
Jangan biarkan semua terciprat benci
Tidak apa-apa kuanggap saja salah satu ilusi
Rabu, 03 Januari 2018
tak mungkin ada cinta berbisik
Kamu... iya kamu
Yang selalu menamparku berulang kali dengan kata-kata
Meski sewaras nalarku, aku tau tak sedikitpun niatmu begitu
Tapi mengapa kata-kata sederhanamu selalu mencuatkan sembilu di dadaku
Kadang begitu sangat menyayat nurani dan mampu menghasilkan derai air mata
Tanpa setaumu aku selalu mencoba pada tahap tau diri
Karena begitulah semestinya, bahwa kita terlalu pangling jauhnya
Aku selalu begini harus menahan dan mematikannya sebelum ada
Selalu saja sama dengan segala butiran yang bertunas sejuta kali, ini pun kulalui sebelumnya
Aku yang terlalu perasa atau kau yang tak peka
Mungkin memang nalar yang utama disini, hingga tak mungkin ada cinta berbisik
Yang selalu menamparku berulang kali dengan kata-kata
Meski sewaras nalarku, aku tau tak sedikitpun niatmu begitu
Tapi mengapa kata-kata sederhanamu selalu mencuatkan sembilu di dadaku
Kadang begitu sangat menyayat nurani dan mampu menghasilkan derai air mata
Tanpa setaumu aku selalu mencoba pada tahap tau diri
Karena begitulah semestinya, bahwa kita terlalu pangling jauhnya
Aku selalu begini harus menahan dan mematikannya sebelum ada
Selalu saja sama dengan segala butiran yang bertunas sejuta kali, ini pun kulalui sebelumnya
Aku yang terlalu perasa atau kau yang tak peka
Mungkin memang nalar yang utama disini, hingga tak mungkin ada cinta berbisik
Bertanya pada alam
Maaf jika mengacuhkanmu
Kadang menganggapmu tak ada sama buruknya dengan merindukanmu
Sebab kata hatiku meronta-ronta mengaungkan namamu
Sementara kamu bahkan tak mengingatku
Aku, bukan... lebih tepatnya nurani ini sering bertanya pada alam untuk siapa aku tercipta
Sebab jika untuk kamu mengapa aku begitu menderita
Bukankah aku... sang tokoh utama yang penuh tawa bahagia di akhir cerita
Bagaimana usaha yang harus kutempuh hingga menjadikan semua menyata
Aku benci dia, aku muak jatuh cinta
Kadang menganggapmu tak ada sama buruknya dengan merindukanmu
Sebab kata hatiku meronta-ronta mengaungkan namamu
Sementara kamu bahkan tak mengingatku
Aku, bukan... lebih tepatnya nurani ini sering bertanya pada alam untuk siapa aku tercipta
Sebab jika untuk kamu mengapa aku begitu menderita
Bukankah aku... sang tokoh utama yang penuh tawa bahagia di akhir cerita
Bagaimana usaha yang harus kutempuh hingga menjadikan semua menyata
Aku benci dia, aku muak jatuh cinta
Percayalah
Percayakah kamu bahwa cinta bisa datang dalam keadaan yang tak memungkinkan sekalipun
Percayalah karena....
... Aku yang memikirkanmu dalam diam
... Aku yang memujamu dalam sajakku
... Aku yang memelukmu dalam doa-doa malam pekatku
... Aku yang merapal namamu bagai mantra yang berlarian dikepalaku
... dan aku yang merindukanmu hingga kadang aku lupa cara bernafas
Begitulah caraku mencintaimu saat ini
Sebab...
... Mencintaimu adalah hal terbaik yang pernah kulakukan
... Mencintaimu adalah hal tidak akan pernah aku sesali
... Mencintaimu itu begitu indah seperti rona warna pelangi
... Mencintaimu membuatku merasa terbang keawan
Meskipun dalam perjalanan mecintaimu
Akupun harus turut merasakan ...
... Menatap tanpa mampu menyentuhmu pada jemariku
... Ketika sedetik lalu aku terbang maka kemudiannya seperti jatuh dari awan dan terjerembap mencium tanah
... Tangisan luka yang selalu ada dan jikapun kamu tahu, itu hanya sekian persen dari tagisanku yang kamu tidak ketahui
... Rasanya benar-benar sakit, rasa yang mampu mengingatkan bahwa aku masih manusia, masih hidup
Mungkin kamu tak perlu tau
Karena memang aku tak perlulah membuatmu mendengar kata-kata ini
Sebelum kuungkap saja begitu menyakitkan
Tak terperi
Mungkin luka yang mengaga jika kucetuskan
Terima kasih untuk memberiku semua hal baik dan buruk bersamaan
Langganan:
Komentar (Atom)