Hari pertama 2025
Esok akan bagaimana?
Akankah ilusiku menyata?
Hati-hati berlangkah
Benarkah akan baik adanya?
Semua yang ada tertulis disini adalah tulisan. Tulisan yang tertulis ini muncul karena ada beberapa pikiran dan kejadian yang harus disamarkan oleh bias kata agar tak ada yang merasa dijadikan objek tulisan. Meski kebanyakan objek itu hanya segumpal pikiran semata. Hoho...Sebenernya alasan utama itu karena susah tidur
Hari pertama 2025
Esok akan bagaimana?
Akankah ilusiku menyata?
Hati-hati berlangkah
Benarkah akan baik adanya?
berjanji
tapi
teringkari
berulang kali
Kapankah datang
Telah lama menghitung jelang
Tak taukah jauhnya sudah berkelang
Padahal harapan tak lekang
Haruskah beriring panjang
Mestinya berlari dan bawaku bintang
Bukan menaburi beribu rasa hilang
Hadirlah bersama tenang
Redakan segala tabuh gamang
Tarikku dipeluk hangat pandang
Hentikan seluk delik roh petualang
Tinggalkan permainan jerat berulang
Jadikanku inti muasal senang
Bukan selingan seperti ilalang
Pastikan'ku pemilik segala sayang
Hanya AKU seorang
Luka lukisan
Rintik tangisan
Pelipur kegelisahan
Ratap tertahan
Untuk seorang pengkhayal
Merasa semu masuk akal
Lalu tersentak sial
Kata penutup ialah gagal
Hanya menemani
Memilikinya hanya di nurani
Takkan dicinta apalagi
Itu kemewahan tinggi
Lelah ku Bapa kini
Menjadi seseorang yang mengerti
Menjadi pendengar sejati
Apakah seumur hidup begini?
Tiadakah yang menungguku
Berharap kehadiran aromaku
Di setiap ia sadar bersama waktu
Apakah aku tak pantas dirindu?
Aku tak mau ini lagi
Datang bergantian berulang kali
Jika memang ini takdir yang kumiliki
Jauhkan aku dan biar aku senang sendiri
Bolehkah menaruh harap
Meski semua itu mustahil adanya
Taman mimpi yang ingin tercecap
Perbedaan adalah keinginannya
Tabukah karena sekat pandang
Kenapa tak menerka bak cenayang
Adakah berpaling bisa jauhkan dunia sendu?
Karena jalan, kembali padamu melulu
Takkah mencoba membaca sorot mata
Serabut-serabut rindu tersimpan
Berakar meski berjarak kini raga jua kata
Masih bolehkah ku taruh harapan
Entah kepelukan siapa aku akan jatuh
Entah pada siapa nantinya merindu
Entah siapa nanti yang melingkupi aku
Yang kutahu hanya satu
Bagaimana kau dan aku jadi serupa tuju
Padahal semuanya juga telah jadi hari lalu
Hingga mustahil keberadaanmu kini disisiku
Aku mendekat jauhmu melekat semakin menjauh
Di keteraturan jengahnya
Semua ingin kembali pulang
Ke sebuah tempat yang di definisikan rumah tenang
Bukan ke neraka yang digambarkan olehnya
Paham kan yaa??
Bagaimana cara memberitahumu
bahwa aku teramat merindukanmu
Mengapa saat jatuh cinta
yang kudapat hanya jatuhnya saja!
Tak mudah aku menempati tempatku kini
Taukah seberapa parah jalan yang ku jelajahi?
Waktu yang lama membuat jarak semakin besar
Maksud dan paham ini perlahan melilitkan gusar
Apakah untuk memaksa memahat diri sendiri?
Apakah itu hanyalah hadiah Tuhan untuk beberapa hari?
Karena aku patuh sedikit bukan penuh
Atau karena hari indah itu membuatku angkuh
Bahwasanya keindahan senja itu hanya milikku
Padahal aku hanya boleh menikmati bukan memilikimu
Tapi aku begitu merinduimu dari segala arah
Di kelam kuharap kau seperti sercercah cerah
Dimana logika tak akan berguna
Seperti tersihir mantra guna
Peduli setan dengan dunia
Hasratlah yang menjadi utama
Kapan akan kembali pulang
Jalan lurus yang menghilang
Tersesatmu di pandang
Seulur putih rahmat pun terhalang
Hidupnya dalam dilema kepura-puraan
Yang dirakit dari sebab tindak lanjut
Berpikir itu tidak apa-apa bukan?
Sedang melihat luka bermunculan merajut
Sampai kapan pun kau tak akan bahagia
Sebab alur alir sudah salah
Berbalik lah selagi bisa
Jangan kau tambah lagi masalah
Hangatnya berasal dari rona kilauan jingga
Menatapnya ditambah hembusan angin semilir
Sesaat aku berkhayal menjadi seorang berada
Lalu ketika rona redam mengalir
Aku tau aku mendapat hangat dari dekapanmu
Tapi bisakah aku meraihmu?
Jarak kini begitu membumbung tinggi
Bukan ini yang disebut mimpi?