Minggu, 19 Oktober 2025

Komedi

Hingga hirupanku saat ini

Banyak hal yang tak ku mengerti 

Seberapa lamanya pun menemani

Tak menjamin itu mampu dimiliki


Bila saja seandai itu bisa terjadi

Maka mauku tidak ada temu titik

Lalu kelam itu tak perlu hadir membidik

Tapi itu hal mustahil layaknya komedi

Senin, 13 Oktober 2025

Hanyalah

Hal yang mereka katakan berlian
Bagiku itu hanya remah-remahan
Kenapa demikian?
Karena itu hanyalah ujaran

Kata-kata yang dikatakan
Hanyalah sederet rangkaian 
Tanpa maksud maupun tujuan
Itulah yang selalu kudapatkan 

Selasa, 07 Oktober 2025

Doppel

Menariknya banyak aneka sandiwara 
Mencoba selalu dan selalu menjadi ku
Bukankah itu kekonyolan belaka?
Kenapa tak mempertahankan dirimu 

Motivasi positif boleh saja
Tapi bukan berarti mengubah segalanya
Semua punya cirinya secara perorangan 
Bukan comot sana sini lalu disatukan

Kasihan tapi ngeri
Sudah cukup mengerti
Tapi tak mampu paham
Tak tau kenapa merasa terancam 

genggaman -Nya

Malam hujan kusambut rapuh 
Sama suasana tak mirip di riuh
Untukmu yang begitu kurindu
Berharap memelukmu dalam mampu

Dia Selasa ku rangkai selalu
Berharap tetap damai ada padamu
Beriring untuk seorang datang padaku 
Menjadi ingin keduaku

Lamat terus aku melanjutkan jauh
Tertatih tangis tak mampu mengadu
Percayalah di setiap bait sayang itu
Rusak, binar, rona-rona, bahkan kelabu

Harap harapan Dia atur segala sesuatu 
Di genggaman-Nya ku menaruh
Akhir ataupun awal semua tuju
Tersapu keindahan itulah ada yakinku 

Minggu, 21 September 2025

Biruku

Biru ku kini semakin membiru
Ingin bertemu bergejolak memburu 
Tapi tak terhingga logika tuk jarak tempuh
Usahaku berpura-pura tegar merapuh

Kepala gaduh berteriak
Riuh pecah berserak
Ku kumpul satu persatu riak-riak
Tapi tetap saja tak hilangkan retak

Mereka yang telah kembali pada-Mu
Jauhkan dari sengsara
Di duniaku ini mereka juga seperti itu
Biarlah damai Nirwana bersama nya

Rabu, 20 Agustus 2025

Peluk mu

bolehkah bermimpi indah senja

berwarna kuning jingga

dengan semburat merah menyala

lalu kita yang beradu satu rasa


sendu itu seakan pudar

berganti binar sinar

jikapun dia bertahan kekar

kau tetap memberi serumpun kelakar


hingga aku lupa apa itu pilu

karena biru hanya menjadi biru

tak melekat ataupun berasa terburu

sebab peluk akan berasal darimu selalu

pikirku

kupikir aku miliki kuasa 

ternyata refleksi si putus asa 

harap menawan seperti angsa

padahal seekor itik biasa